Seorang pria parobaya lumpuh dan buta hidup sebatang kara di gubug tengah hutan Puhpelem, Wonogiri. Untuk makan sehari-hari terpaksa harus ditopang dari warga sekitar. Seperti apa kondisinya?
SEORANG pria tampak duduk di atas karpet berlantai tanah sebuah gubug reyot dari dinding anyaman bambu. Di dalam gubug kecil itu terdapat kasur untuk tidur dia. Ya, Jamin, 50, yang tinggal di Belik Dawung, Puhpelem, Wonogiri ini menderita kelumpuhan dan kebutaan.
Dia kini hidup sebatang kara di gubuk yang tidak layak huni. Sebelum pindah ke gubuk di tengah lahan pekarangan warga ini, dia sempat tinggal menumpang di rumah salah seorang warga cukup lama.
“Gubuk itu berdiri di tengah pekarangan. Namun tidak layak huni. Dulu kan tinggal menumpang dengan salah satu warga lain, tapi saya kurang tahu kenapa sekarang tiba-tiba dibuatkan gubuk di situ. Yang membuat (gubuk) siapa juga tidak tahu,” kata salah satu warga setempat yang enggan disebut namanya ini.
Pria ini mengatakan, Jamin sudah berada di gubuk itu selama dua bulan terakhir. Menurutnya, sudah ada beberapa relawan datang ke gubuk dan melaporkan ke kepala desa setempat. Dari informasi yang dia dapat, saat ini sedang diproses untuk mendapatkan bantuan.
Warga tersebut menceritakan bahwa gubuk tersebut tidak layak huni karena hanya terbuat dari bambu dan di sekitarnya masih terdapat celah masuknya air saat hujan turun. Perabot yang ada di dalamnya juga hanya ada dipan dan kasur serta sebuah karpet.
“Beberapa waktu lalu ada relawan datang ke sini. Celah di gubuk itu ditutup agar air tidak masuk ke dalam gubuk. Seng penutup dinding gubuk diganti dan dibuatkan parit di sekitar gubuk. Sebelumnya malah tidak ada atapnya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa Jamin hanya mendapatkan makanan dari uluran warga sekitar. Warga yang iba secara sukarela mengantarkan makanan ke gubuk yang dihuni Jamin setiap hari.
Camat Puhpelem Jaiman mengatakan, dia telah mengecek gubuk Jamin, Senin kemarin (6/1). “Kami sudah koordinasikan dengan semua pihak untuk membantu mengurus status kependudukan dia. Karena dia bukan penduduk Puhpelem. Tim kesehatan juga selalu memantau kesehatannya karena kondisinya lumpuh dan tidak bisa melihat,” katanya.
Selain itu, dia juga mengimbau warga setempat memberikan bantuan makanan dan berkoordinasi warga yang pernah menampung Jamin untuk mengawasi kondisinya.
“Yang membuatkan gubuk dan menampung Jamin ini dulu Paimin, warga Belik Dawung, Puhpelem. Jamin ini sebenarnya warga Nglebak, Kecamatan Nggrabag, Magelang,” kata Jaiman.
Jaiman mengatakan, status kependudukan Jamin akan segera diubah untuk kepentingan urusan dengan pemerintah. “Saya sudah koordinasi dengan desa agar membuatkan data Jamin karena keluarganya di Magelang sudah tidak peduli terhadap kondisi dia,” lanjutnya.
Jaiman juga siap mengupayakan pembangunan gubuk yang berdiri di lahan milik Kadus Belik Dawung. Menurutnya, setelah proses pendataan dari desa selesai dan sudah ada izin kadus, maka pembangunan tempat tinggal Jamin akan diprogramkan.
“Kami akan koordinasi dengan Desa Puhpelem, BPD dan tokoh masyarakat setempat agar segera mengambil langkah selanjutnya,” tutur Jaiman.
Sekretaris Dinas Sosial Wonogiri Sriyono mengatakan, kemarin timnya sudah meluncur ke gubuk yang ditempati Jamin. “Hari ini (kemarin) kami meluncur ke sana. Kondisi Jamin akan dicek petugas Puskesmas Puhpelem. Untuk tindakan yang akan dilakukan oleh dinas sosial tergantung temuan di lapangan,” ujarnya. (*/bun)
Home » Unlabelled » Sedih, Sakit dan Lumpuh, Pria 80 Tahun ini Hidup Seorang Diri di Gubuk yang Nyaris Runtuh
Minggu, 08 Maret 2020
Sedih, Sakit dan Lumpuh, Pria 80 Tahun ini Hidup Seorang Diri di Gubuk yang Nyaris Runtuh
Tags :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar